(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.)
Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah keyakinan dengan hati,
pengikraran dengan lisan, serta pengamalan dengan anggota badan. Iman
bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan perbuatan maksiat.
Jadi, iman terdiri dari tiga bagian:
Pertama, keyakinan hati dan amalan hati, yakni keyakinan dan pembenaran
terhadap apa yang datang dari Allah I dan Rasul-Nya, sebagaimana firman
Allah I:
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang
mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang
yang berbuat baik.” (Az-Zumar: 33-34)
Adapun amalan hati di antaranya adalah niat yang benar, ikhlas, cinta,
tunduk dan semacamnya, terhadap apa yang datang dari Allah I dan
Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah I dalam surat Al-Anfal ayat 2 atau
yang lainnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Rabb merekalah mereka bertawakkal.”
Kedua, ikrar lisan dan amalan lisan. Ikrar lisan yaitu mengucapkan dua
kalimat syahadat dan mengakui konsekuensi dari kedua kalimat tersebut.
Nabi r bersabda yang artinya: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia
sehingga mereka mengatakan La Ilaha illallah dan bahwasanya aku adalah
Rasulullah.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sedangkan amalan lisan adalah sebuah amalan yang tidak bisa terlaksana
kecuali dengan lisan, seperti membaca Al Qur`an, dzikir, tasbih, tahmid,
takbir, doa, istighfar, dan lain-lain. Allah I berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi.” (Fathir: 29)
Ketiga, amalan anggota badan yaitu sebuah amalan yang tidak terlaksana
kecuali dengan anggota badan seperti ruku’, sujud, jihad, haji dan
lain-lain. Allah I berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 77-78, yang
artinya:
“Hai orang-orang yang beriman ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Rabbmu dan berbuatlah kebajikan agar kamu mendapat kemenangan. Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia
(Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan
(begitu pula) dalam (Al Qur`an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas
dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan
sebaik-baik penolong.”
Kesalahan Memahami Hakekat Iman
Ada beberapa kelompok yang salah dalam memahami makna iman dari
hakekatnya yang terdapat dalam Al Qur‘an dan As Sunnah. Mereka adalah:
1. Khawarij dan Mu’tazilah, mereka meyakini bahwa iman adalah ucapan,
keyakinan, dan amal. Namun menurut mereka iman itu satu kesatuan yang
tidak terbagi-bagi atau bercabang-cabang, tidak bertambah juga tidak
berkurang, sehingga jika sebagian iman hilang berarti hilang semua.
Karena itu mereka menghukumi orang yang tidak beramal atau orang yang
berdosa besar adalah kekal di dalam neraka.
2. Murji`ah, mereka terdiri dari tiga kelompok:
q Iman adalah hanya yang terdapat dalam hati, yakni pengetahuan hati
saja. Ini keyakinan kelompok Jahmiyyah. Kelompok yang lainnya
mengatakan, iman adalah juga amalan hati.
q Iman hanya ucapan lisan. Mereka adalah pengikut kelompok Karramiyyah.
q Iman hanya pembenaran dalam hati dan ucapan lisan. Mereka adalah kelompok Murji`atul Fuqaha`.
Sumber bacaan:
Ziyadatul Iman wa Nuqshanuhu karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq Al-’Abbad
dikutip dari web : Majalah "Syariah" Edisi 3
No comments :
Post a Comment